Senin, 24 November 2014

ASAM LEMAK BEBAS


LAPORAN LENGKAP
NAMA                                                : HASANUDDIN DG TAWANG
NIS                                                      : 124811
KELAS/KELOMPOK                        : XII.A
TANGGAL                                         : 30 AGUSTUS 2014
JUDUL                                                : KADAR LEMAK BEBAS
Tujuan Penetapan                                     :
1.     Untuk mengetahui  cara pengujian asam lemak bebas pada suatu bahan pangan
2.     Untuk mengetahui kandungan asam lemak bebas yang ada pada suatu bahan pangan.
Reaksi

Dasar prinsip :
           Lemak dan minyak merupakan senyawa organic yang penting bagi kehidupan makhluk hidup.lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipida. Salah satu sifat khas dan mencirikan golongan lipida adalah larutnya dalam pelarut organic misalnya eter,benzene,chloroform atau sebaliknya ketidak larutannya dalam pelarut air .
Dasar Teori :
           Minyak kelapa murni adalah minyak kelapa  yang dibuat dari bahan baku kelapa segar, diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali, tanpa bahan kimia. Penyulingan minyak kelapa dapat berakibat kandungan senyawa-senyawa esensial yang dibutuhkan tubuh tetap utuh. Minyak kelapa murni dengan kandungan utama asam laurat ini memiliki sifat antibiotik, anti bakteri dan jamur. Minyak kelapa murni, atau lebih dikenal dengan Virgin Coconut Oil (VCO), adalah modifikasi proses pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu sekitar lebih dari 12 bulan (Anonim, 2012d).
                Minyak kelapa sebagai produk olahan hasil perkebunan mempunyai ciri umum berwarna lebih bening dan beraroma harum. Dalam industri minyak goreng, minyak kelapa dianggap paling sehat dibandingkan dengan minyak nabati lain seperti minyak jagung, minyak kedelai, minyak canola serta minyak dari bunga matahari (Anonim, 2012e).
               Mutu  minyak  goreng   sangat   dipengaruhi   oleh   komponen   asam  lemaknya   karena   asam   lemak    tersebut   akan    mempengaruhi sifat   fisik,  kimia,  dan  stabilitas   minyak   selama   proses  penggorengan. Trigliserida dari  suatu  minyak   atau   lemak  mengandung sekitar  94-96%  asam  lemak. Selain  komponen asam lemaknya,  stabilitas  minyak goreng dipengaruhi pula  derajat  ketidakjenuhan  asam  lemaknya,  penyebaran  ikatan  rangkap  dari  asam lemaknya,  serta bahan-bahan  yang  dapat mempercepat   atau  memperlambat  terjadinya  proses  kerusakan  minyak  goreng  yang terdapat  secara  alami  atau yang secara sengaja ditambahkan (Stier, 2003).
             Standar mutu minyak goreng telah dirumuskan dan ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) yaitu SNI 01-3741-2002, SNI ini merupakan  revisi  dari  SNI 01-3741-1995, menetapkan bahwa standar mutu  minyak  goreng  seperti  pada  Tabel 1 berikut ini:
Tabel 6. SNI 01-3741-2002 tentang Standar Mutu Minyak Goreng
KRITERIA UJI
SATUAN
SYARAT
Keadaan bau, warna dan rasa
-
Normal
Air
% b/b
Maks 0.30
Asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat)
% b/b
Maks 0.30
Bahan Makanan Tambahan
Sesuai SNI. 022-M dan Permenkes No. 722/Menkes/Per/IX/88
Cemaran Logam :
- Besi (Fe)
- Tembaga (Cu)
- Raksa (Hg)
- Timbal (Pb)
- Timah (Sn)
- Seng (Zn)

Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg

Maks 1.5
Maks 0.1
Maks 0.1
Maks 40.0
Maks0.005
Maks 40.0/250.0)*
Arsen (As)
% b/b
Maks 0.1
Angka Peroksida
% mg 02/gr
Maks 1
Catatan * Dalam kemasan kaleng
Sumber :  Standar Nasional Indonesia (SNI)
   Alkohol
              Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih gugus fungsi hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana. Alkohol dapat dikenali dengan rumus umumnya R-OH. Alkohol merupakan salah satu zat yang penting dalam kimia organik karena dapat diubah dari dan ke banyak tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan alkohol akan menghasilkan 2 macam senyawa. Reaksi bisa menghasilkan senyawa yang mengandung ikatan R-O atau dapat juga menghasilkan senyawa mengandung ikatan O-H. Salah satu senyawa alkohol, etanol (etil alkohol, atau alkohol sehari-hari), adalah salah satu senyawa yang dapat ditemukan pada minuman beralkohol. Rumus kimianya CH3CH2OH ( Anonim, 2011a).
            Alkohol umumnya berwujud cair dan memiliki sifat mudah menguap (volatil) tergantung pada panjang rantai karbon utamanya (semakin pendek rantai C, semakin volatil). Kelarutan alkohol dalam air semakin rendah seiring bertambah panjangnya rantai hidrokarbon. Hal ini disebabkan karena alcohol memiliki gugus OH yang bersifat polar dan gugus alkil (R) yang bersifat nonpolar, sehingga makin panjang gugus alkil makin berkurang kepolarannya (Anonim, 2010a).

Indikator PP (Phenolphtalein)
             Indikator PP (phenolphtealin) adalah Indikator asam-basa yang digunakan dalam titrasi asidimetri dan alkalimetri. Indikator ini bekerja karena perubahan pH larutan. Indikator ini merupakan senyawa organik yang bersifat asam atau basa, yang dalam daerah pH tertentu akan berubah warnanya. Indikator Phenol phtalein dibuat dengan cara kondensasi anhidrida ftalein (asam ftalat) dengan fenol. Trayek pH 8,2 – 10,0 dengan warna asam yang tidak berwarna dan berwarna merah muda dalam larutan basa. Penggunaan PP dalam titrasi:
Tidak dapat digunakan untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat, karena pada titik ekivalen tidak tepat memotong pada bagian curam dari kurva titrasi, hal ini disebabakan karena titrasi ini saling menetralkan sehingga akan berhenti pada pH 7, sedangkan warna berubah pada pH 8. Titrasi asam lemah oleh  basa kuat. Boleh untuk  digunakan karena pada pH + 9. untuk konsentrasi 0,1 M Titrasi basa lemah oleh asam kuat, tidak dapat dipakai,Titrasi Garam dari Asam lemah oleh Asam kuat. PP tidak dapat dipakai. Trayek pH tidak sesuai dengan titik ekivalen (Anonim, 2011b).
Larutan NaOH (Natrium Hidroksida)
        Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium  hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. NaOH digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil,  air minum, sabun dan deterjen.  Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan  dalam  laboratorium  kimia.  Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH juga  sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan  metanol,  walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan  ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Anonimn, 2012g).

Alkohol
           Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol, dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain (Anonim, 2012h).
         Alkohol juga  termasuk zat pelarut organik yang sering digunakan untuk melarutkan lemak dalam proses analisa lemak. Fungsi penambahan alkohol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar  dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang  digunakan adalah untuk melarutkan minyak, sehingga alkohol (etanol) yang digunakan konsentrasinya berada di kisaran 95-96%, karena etanol 95 % merupakan pelarut lemak yang baik (Anonim, 2012i).

         Analisa asam lemak bebas biasanya pelarut yang digunakan dalam percobaan adalah alkohol netral. Alkohol dalam kondisi panas akan lebih baik melarutkan sampel yang juga nonpolar. Dalam memanaskan alkohol, dilakukan pemanas air hal ini dikarenakan titik didih alkohol lebih rendah daripada air.  Dengan menggunakan kondesor diaman uap air akan menjadi embun kembali. Setlah itu diberi inidkator pp. Apabila alkohol terlalu asam maka digunakanlah basa (Anonim, 2010a).

Alat dan Bahan                               :
Alat–alat yang digunakan pada praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium adalah sebagai berikut :

-     erlenmeyer 250 ml
-     alat penangas
-     timbangan analitik
-     batang pengaduk
bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium adalah sebagai berikut :
-     alkohol netral
-     indikator PP (phenolpthalein)
-     larutan NaOH 0,1 N
Prosedur Praktikum
Prosedur Praktikum yang dilakukan adalah sebgai berikut :

v Sampel ditimbang sebanyak 5 gram
v Sampel dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan 50ml alkohol netral
v Dipanaskan hingga mendidih
v Setelah sampel dingin ditambahkan 2 ml indikator phenolpthealin (pp) dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N  yang telah di standarisasi sampai warna merah jambu  tercapai dan tidak hilang selama 30 detik.
v Dihitung %FFA dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
% FFA   =   x 100 %
PENGAMATAN :
v BERAT CONTOH                                                                       : 5,0113 mg
v VOLUME PENITAR                                                                    : 1,0 ml
v WARNA LARUTAN SEBELUM PENAMBAHAN INDIKATOR : tak berwarna
v WARNA LARUTAN SETELAH PENAMBAHAN INDIKATOR  : tak berwarna
v WARNA LARUTAN SETELAH TITIK AKHIR                           : merah muda
B.  Pembahasan
Hasil praktikum yang telah dilakukan menunjukkan adanya berbagai perbedaan kandungan asam lemak bebas pada bahan yang dijadikan sampel.  Adapun bahan yang dijadikan sampel yaitu minyak goreng sanco, minyak goreng curah , mentega, margarin, dan minyak kelapa kadar asam lemak bebas atau FFA yang diperoleh setelah ditetesi indikator pp, melakukan titrasi denggan NaOH, dan melakukan perhitungan menggunakan rumus penentuan kadar asam lemak bebas maka diperoleh kadar FFA minyak goreng Sanco 4%, minyak goreng curah 2,32%, mentega 2,4%, margarine 2,11% dan minyak kelapa sebesar 3,2%. Berdasarkan data tersebut bahan yang memiliki kadar FFA paling besar adalah minyak goreng Sanco  dan yang memiliki kadar paling kecil adalah minyak goreng. Berarti pengonsumsian minyak kelapa secara terus-menurus berbahaya bagi kesehatan. Utamanya penyakit yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah oleh lemak jahat. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Anonim (2011) yaitu bahan makanan yang mengandung FFA yang rendah maka bahan makanan tersebut layak dikonsumsi, tetapi jika melebihi ambang batas, maka bahan makanan tersebut sebaiknya tidak dikonsumsi  karena dapat mempengaruhi kesehatan karena bahan makanan yang memiliki FFA tinggi memiliki kadar LDL atau lemak jahatnya lebih banyak dibanding kadar HDL-nya atau lemak baiknya, hal ini ditandai ditandai dengan bau tengik dan terjadinya iritasi pada tenggorokan setelah mengkonsumsinya. Asam lemak bebas dapat mengganggu kerja insulin dalam darah, kolesterol berlebih dan tekanan darah yang meningkat.

Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas adalah asam lemah yang terbentuk akibat proses hidrolisis yang terjadi pada lemak sehingga menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Kadar air yang tinggi baik yang terkandung pada minyak ataupun pada bahan pangan yang akan diolah dengan miinyak mengakibatkan semakin banyak terbentuknya asam lemak bebas. Kandungan asam lemak bebas yang berlebihan pada minyak mengakibatkan mutu minyak tersebut menjadi buruk, begitupula bahan makanan yang kelak akan diolah bersama minyak tersebut.  Hal ini diperkuat oleh pendapat  Anonim (2012f) Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh.

Fungsi penambahan Alkohol
Minyak kelapa tidak larut dalam air sehingga dibutuhkan alkohol untuk melarutkannya, karena alkohol adalah pelarut untuk bahan organik. Penambahan alkohol pada minyak kelapa yang ingin ditentukan kadar asam lemak bebasnya bertujuan untuk melarutkan minyak  kelapa saat proses pemanasan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Anonim (2012i) yaitu fungsi penambahan alkohol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar  dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang  digunakan adalah untuk melarutkan minyak, sehingga alkohol (etanol) yang digunakan konsentrasinya berada di kisaran 95-96%, karena etanol 95 % merupakan pelarut lemak yang baik (Anonim, 2012i).

Fungsi penambahan Indikator PP
Pemberian tiga tetes indikator pp pada praktikum ini adalah sebagai indikator pembuktian bahwa bahan tersebut bersifat asam atau basa. Pada praktikum ini, setelah dititrasi dengan NaOH, larutan alkohol dan Minyak kelapa yang telah ditetesi indikator pp berubah warna menjadi merah muda. Hal ini membuktikan bahwa larutan tersebut bersifat basa. Hal ini diperkuat oleh Anonim (2011b) yaitu jika pada percobaan larutan NaOH diberi  fenoftalen, lalu warnanya berubah menjadi merah lembayung, maka trayek pH-nya sekitar 9-10 (basa).

Fungsi penambahan NaOH
Penggunaan NaOH saat proses titrasi adalah untuk menentukan kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak kelapa. Jumlah volume yang digunakan untuk menitrasi larutan minyak kelapa dan alkohol digunakan dalam proses penentuan asam lemak bebas. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Anonim (2011) yaitu volume yang diperoleh dari proses titrasi digunakan dalam perhitungan penentuan kadar asam lemak bebas yang tergantung pada suatu bahan pangan.
PERHITUNGAN :
% ASAM LEMAK BEBAS  = (ml NaOH x N NaOH x BE(as.laurat)):mgcth x100%
                                           =(1,0 x 0.0961 x 0,2): 5011,3 x 100%  
                                             = 0,38 %
Kesimpulan                                      :
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum Analisa Asam Lemak Bebas  adalah sebagai berikut :
v Pengujian asam lemak bebas pada suatu bahan pangan dapat dilakukan dengan metode pemanasan kemudian dititrasi lalu menghitung jumlah kandungan asam lemak bebas bahan pangan tersebut.
v Kandungan atau kadar asam lemak bebas pada suatu bahan pangan dapat diketahui dengan menggunakan rumus asam lemak.
v % asam lemak bebas   =   0.38%

                    




DAFTAR PUSTAKA :
v Anonim, 2012c. Pengetahuan dan tindakan terhadap minyak goreng curah http://sarmanpsagala.blogspot.com/2012/07/pengetahuan-sikap-dan-tindakan-terhadap.html Diakses Pada Tanggal 17 Oktober Makassar.
v Anonim, 2012d. Minyak Kelapa.http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_kelapa. Tanggal 17 Oktober Makassar. Tanggal 17 Oktober Makassar.
v Anonim, 2012g. Asam Lemak Bebas. http://www.psychologymania.com/
v 2012/10/asam-lemak-bebas.html Diakses Pada Tanggal 17 Oktober Makassar.
v Anonim, 2012g. Asam Lemak Bebas. http://www.psychologymania.com/
v 2012/10/asam-lemak-bebas.html Diakses Pada Tanggal 17 Oktober Makassar.
v Anonim, 2012h. Natrium Hidroksida. http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium-hidroksida. Pada Tanggal 17 Oktober Makassar.
v Anonim, 2012i. Alkohol. id.wikipedia.org/wiki/Alkohol. Diakses Pada
v Tanggal 06 oktober 2012 Makassar.
v Anonim, 2012j. Laporan Kimia Organik. http://himka1polban.wordpress.
v com/laporan/kimia-organik/89-2/. Diakses Pada Tanggal 22 Oktober 2012 Makassar.
v Anonim, 2012k. Kualitas Minyak Dengan Penentuan. http://jusakben.
v blogspot.com/2012/04/uji-kualitas-minyak-dengan-penentuan.html
v Anonim, 2011a. Kimia Organik Alkohol. http://id.wikibooks.org/wiki/Kimia-Organik/Alkohol. Diakses Pada Tanggal 17 Oktober Makassar.
v Anonim, 2011b. Indikator Asam Basa. http://alchemistviolet.blogspot.com
v /2011/03/indikator-asam-basa.html . Diakses Pada Tanggal 17 Oktober Makassar.
v Anonim,  2010a. Senyawa karbon dan Sifat-sifat Alkohol. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/senyawa-hidrokarbon/sifat-sifat-alkohol/ .Diakses Pada Tanggal 17 Oktober Makassar.
v Bundakata, 2007. Minyak Goreng Curah dan Kemasan.
v http://bundakata.blogspot.com/2012/06/minyak-gorengcurahdankemasan.html. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2012, Makassar.
v Ketaren, S. , 1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan.: Universitas Indonesia, Jakarta.


BILANGAN PENYABUNAN


LAPORAN LENGKAP
NAMA                                     :  HASANUDDIN DG TAWANG
NIS                                          :  124811  
KELAS/KELOMPOK             :  XII.A/A1.1
TANGGAL                             : 30 AGUSTUS 2014
JUDUL PENETAPAN          :  BILANGAN PENYABUNAN
TUJUAN PERCOBAAN       :
           Tujuan percobaan adalah untuk mengetahui sifat-sifat lemak dan mempelajari reaksi   penyabunan.
DASAR PRINSIP                  :
          Contoh minyak di sabunkan denga KOH-Alkohol berlebih.kelebihan KOH di titar dengan HCl menggunakan indicator PP.
 DASAR TEORI                     :
       Lipid (dari kata yunani Lipos). Lemak merupakan penyusun tumbuhan atau hewan yang dicirikan oleh sifat kelarutannya. Pada umumnya, lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam alkohol, dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton, serta pelarut non polar lainnya. Lipid adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non polar atau semi polar seperti eter dan kloroform. Lemak dan minyak merupakan salah satu bagian dari lipid disamping jenis yang lain, seperti prostaglandin, fosfolipid, terpenoid, steroid, dan lain-lain (Keenan, 1991). Lemak dan minyak merupakan trigliserida atau triester gliserol. Lemak dan minyak mempunyai struktur dasar yang sama, biasanya dibedakan berdasarkan titik lelehnya. Titik leleh tersebut bergantung pada panjangnya rantai hidrokarbon dan adanya ikatan rangkap antara atom karbon asam lemak penyusunnya. Minyak kaya akan asam lemak tak jenuh sehingga berbentuk cair sedangkan lemak berbentuk padat pada suhu kamar. Lemak umumnya berasal dari hewan sedangkan minyak umumnya berasal dari tumbuhan, seperti minyak jagung, minyak zaitun, minyak wijen, dan lain-lain. 
 Asam-asam lemak dapat diperoleh dari lilin (waxes), misalnya lilin lebah. Dalam hal ini, asam lemak diesterkan dengan suatu alkohol sederhana berantai-panjang. Kebanyakan lemak dan minyak yang terdapat dalam alam merupakan trigliserida campuran-artinya, ketiga bagian asam lemak dari gliserida itu tidaklah sama (Riawan, 1990).
Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karna jika dibiarkan kedua larutan akan memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda kue akan membentuk emulsi yang stabil karna aasam lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan sehingga tetes-tetes minyak menjadi tersebar seluruhnya. Lemak/minyak dapat terhidrolisis, lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol. Proses hidrolisis yang disengaja biasadilakukan dengan penambahan basa kuat, seperti NaOH dan KOH, Melalui pemanasan dan mengghasilkan gliserol dan sabun. Proses hidrolisis minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau saponifikasi. Lemak/minyak merupakan asam karboksilat/asam alkanoat jenuh alifatis (tidak terdapat ikatan rangkap C=C dalam rantai alkilnya, rantai lurus, panjang tak bercabang) dengan gugus utama –COOH dalam bentuk ester/gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan gliserol suku tinggi (Yulianto, 2011).
Begitu banyak fungsi dari lemak itu sendiri, diantaranya adalah sebagai pembangun sel. Lemak adalah bagian penting dari membran yang membungkus setiap sel di tubuh kita. Tanpa membran sel yang sehat, bagian lain dari sel tidak dapat berfungsi :
1.    Sumber energi. Lemak adalah makanan sumber energi yang paling efisien. Setiap gram lemak menyediakan 9 kalori energi, sedangkan karbohodrat dan protein memberi 4 kalori.
2.      Melindungi organ. Banyak organ vital seperti ginjal, jantung, dan usus dilindungi oleh lemak dengan memberinya bantalan agar terhindar dari luka dan menahan agar tetap pada tempatnya.
3.     Pembangun hormon. Lemak adalah unsur pembangun sebagian senyawa terpenting bagi tubuh, termasuk prostaglandin, senyawa semacam hormon yang mengatur banyak fungsi tubuh. Lemak mengatur produksi hormon seks. Pembangun otak. Lemak menyediakan komponen penyusun tidak hanya bagi membran sel otak, tapi juga myelin, 'jaket' lemak yang menyelimuti tiap serat syaraf, yang membuatnya mampu menghantar pesan dengan lebih cepat (Yulianto, 2011).
Rantai hidrokarbon dalam suatu asam lemak dapat bersifat jenuh atau dapat pula mengandung ikatan-ikatan rangkap. Asam lemak yang tersebar paling merata dalam alam, yaitu asam oleat, mengandung satu ikatan rangkap. Asam-asam lemak dengan lebih dari satu ikatan rangkap adalah tidak lazim, terutama dalam minyak nabati; minyak-minyak ini disebut poliunsaturat (polyunsaturates). Hidrolisis lemak dan minyak akan menghasilkan asam karboksilat yang disebut asam lemak. Umumnya asam lemak mempunyai rantai hidrokaron panjang dan tidak bercabang. Penyabunan adalah proses hidrolisis lemak dengan alkali yang mengakibatkan putusnya ikatan ester dan menghasilkan gliserol dan garam alkali asam lemak. Asam lemak ini dapat berupa asam lemak jenuh seperti asam butirat, asam palmitat, dan lain-lain, asam lemak tak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, dan lain-lain, ataupun gabungan keduanya. Molekul-molekul sabun terdiri dari rantai seperti hidrokarbon panjang dengan satu gugus yang sangat polar pada satu ujungnya. Rantai karbon ini bersifat lipofilik dan ujungnya yang polar bersifat hidrofilik (Riawan, 1990).   
Pencampuran air dengan sabun akan membentuk dispersi koloid. Larutan sabun ini mengandung agregat dari molekul sabun yang disebut micelle. Ujung polar atau hidrofilik membentuk permukaan micelle yang berhubungan dengan air. Sabun mempunyai sifat sebagai berikut:
Ø   Sabun dalam air akan terhidrolisis dan akan membentuk basa yang menyebabkan sabun dalam air bersifat basa.
Ø   Larutan sabun mempunyai daya merendahkan atau menurunkan tegangan muka cairan sehingga menyebabkan terjadinya busa bila sabun dikocok.
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan (dari kata surface active agents), yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai hidrokarbon atau lebih) dan suatu ujung hidrofilik (biasanya, namun tidak harus, ionik). Porsi hidrokarbon dari suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif (Linggih, 1986).
Dalam banyak literatur ilmiah dipakai istilah lipid yang berarti lemak, minyak atau unsur yang menyerupai lemak yang didapat dalam pangan dan digunakan dalam tubuh. Lemak mengandung lebih banyak karbon dan lebih sedikit oksigen daripada karbohidrat. Oleh karena itu lebih banyak mempunyai nilai tenaga. Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok lipid. Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan lemak ini. Satu molekul gliserol dapat bersenyawa dengan 1-3 molekul asam lemak memebentuk: Monogliserida dengan 1 asam lemak, digliserida dengan 2 asam lemak, trigliserida dengan 3 asam lemak. Dalam proses pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air (Nizam, 2012).
Lemak merupakan suatu senyawa ester yang terbentuk dari gliserol asam lemak (asam karboksilat). secara umum lemak (Fat) dan minyak (oil) merupakan golongan lipida yaitu senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietileter. Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Satu sifat yang khas mencirikan golongan lipid (termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya eter dan kloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air. Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan menggunakan alat soklet. Minyak nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut dalam pelarut organik, seperti heksan dan benzen. Untuk mendapatkan minyak nabati dari bahagian tumbuhannya, dapat dilakukan dengan metoda sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai (Nizam, 2012).
Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit.  Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari.  Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi.  Jika pada metoda pemisahan minyak astiri  (distilasi uap), tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi. Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut – pelarut organik dengan kepolaran yang semakin menigkat.  Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa – senyawa trepenoid dan lipid – lipid, kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa – senyawa yang lebih polar.  Walaupun demikian, cara ini seringkali tidak menghasilkan pemisahan yang sempurna dari senyawa – senyawa yang diekstraksi. Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka metoda sokletasi ini lebih efisien, karena Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang kali. Waktu yang digunakan lebih efisien. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi. Pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat pengolahan. Asam lemak merupakan struktur kerangka dasar untuk kebanyakan bahan lipid. Lipid merupakan senyawa yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari gugus nonpolar. Sebagai akibat sifat-sifatnya, mereka mudah larut dalam pelarut nonpolar dan relatif tidak larut dalam air (Nizam, 2012). Lemak dan minyak adalah suatu trigliserida atau triasilgliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak adalah lemak berbentuk padat dan minyak berbentukcairpadasuhukamar. Lemaktersusunoleh asam lemak jenuh sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tak jenuh. Lemak dan minyak adalah bahan-bahanyangtidaklarutdalamair (Panagan dkk, 2011).

ALAT DAN BAHAN               :
A.          Alat
      Alat yang digunakan tabung reaksi, pipet tetes, penangas air, penjepit, arloji dan botol semprot.
B.           Bahan
      Bahan yang digunakan adalah minyak, busa sabun, NaCl 2M, NaOH 2M, akuadest, H2SO4 encer, larutan Na2SO3 1%, alkohol 70%, kloroform, etanol 90%, indikator penolptalein, KMnO4 encer, gliserol dan kristal KHSO4.
PROSEDUR KERJA            :
1.     Uji Kelarutan
Ø  Disiapkan 7 tabung reaksi dan diisi masing-masing dengan aquades, H2SO4 encer, Na2SO3 1%, alkohol 70%, kloroform, etanol 90%.
Ø  Ditambahkan beberapa tetes minyak pada masing-masing tabung reaksi.
Ø  Dikocok dan diamati kelarutan minyak dalam masing-masing pelarut tersebut
2.     Sifat Jenuh (ikatan rangkap) dari Minyak
Ø  Dilarutkan 2 ml minyak dalam eter, dibagi menjadi 2 bagian.
Ø  Bagian pertama, direaksikan dengan air brom, dikocok
Ø  Bagian kedua , direaksikan dengan KMnO4 dan NaOH, dikocok
Ø  Diamati perubahan yang terjadi
3.     Pembentukan akrolein
Ø  Disiapkan 2 tabung reaksi, diisi masing-masing dengan gliserol dan minyak
Ø  Ditambahkan dengan kristal KHSO4, dipanaskan dengan hati-hati
Ø  Diamati bau yang muncul, manakah yang berbau merangsang
4.      Penyabunan
Ø  Dimasukkan 1 ml minyak kedalam tabung reaksi, ditambahkan dengan 4 ml NaOH 2M
Ø  Dipanaskan dalam penangas air bersuhu 80-1000C selama 30 menit
Ø  Ditambahkan 2 ml NaCl 2M, didinginkan sampai terbentuk gumpalan atau endapan, dipisahkan lapisan airnya
Ø  Diambil endapannya dan ditambahkan air sampai setengah tabung reaksi
Ø  Ditutup dan dikocok perlahan-lahan, diamati perubahan yang terjadi
5.     Pembentukan Emulsi
Ø  Disiapkan 2 tabung reaksi, diisi dengan masing-masing 1 ml air dan larutan sabun
Ø  Ditambahkan beberapa tetes minyak, dikocok, dan dibiarkan selama 5 menit
Ø  Diamati apa yang terjadi
6.     Hidrolisis sabun
Ø  Dimasukkan kedalam tabung reaksi masing-masing 1 nl sabun pekat dan sabun encer
Ø  Ditambahkan 5 tetes indikator pp, ditambahkan air sampai larutan tidak berwarna lagi
Ø  Dibandingkan jumlah air yang dipakai
PENGAMATAN                     :
v Berat contoh(minyak)                                                   : 2017,1 mg
v Volume penitar                                                             : a.25,5 ml
                                                                                         b.26,2 ml
v Warna larutan sebelum penambahan indikatr(PP)  : a. merah ungu
                     b. ungu muda
v Warna larutan setelah penambahan indicator                   : a.merah muda
                          b. merah muda
v Warna larutan setelah tercapai titik akhir                            : a. tak berwarna
                     b. tak berwarna
PEMBAHASAN                     :
1.    Uji Kelarutan
         Minyak yang dilarutkan dalam tujuh macam pelarut yaitu akuadest, H2SO4 encer, Na2SO3 1%, alkohol 70%, alkohol, kloroform dan etanol 90%.  Minyak tersebut membentuk emulsi (tidak larut) dalam air, asam sulfat encer, larutan natrium sulfat 1% dan alkohol.  Minyak sedikit larut dalam etanol 90% dan melarut semuanya dengan kloroform. Minyak merupakan suatu grigliserida atau triasetil gliserol yang merupakan bentuk cair dari lemak pada temperatur kamar. Minyak dan lemak merupakan salah satu kelas dari lipid, sehingga minyak merupakan senyawa organik yang terdapat dialam, tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar. Sehingga dari uji kelarutan yang dilakukan dengan air, minyak tidak dapat larut. Sedangkan pada pelarut aseton dan kloroform, minyak yang ditambahkan dapat larut dengan sempurna. Karena merupakan senyawa organik yang bersifat nonpolar, serta lemak dan minyak mempunyai sifat struktur yang spesifik yaitu mempunyai gugusan rantai hidrokarbon hidrofil yang sedikit jika ada. Dengan air minyak membentuk emulsi (tidak larut) dan tidak stabil atau akan memisah kembali jika tercampur.  Hal ini disebabkan karena air mempunyai polaritas dan BJ yang berbeda dengan minyak.  Pada saat pemisahan, minyak berada diatas karena BJ minyak lebih kecil dari pada air.   Untuk beberapa saat minyak melarut, reaksinya:
CH2O2C(CH2)16CH3                            CH2-OH
                                                                
                 CH2-C(CH2)16CH3 + 3H2O                   CHOH  +  3CH3(CH2)16 COOH
                   
  CH2O2C(CH2)16CH3                            CH2-OH
Sedangkan untuk kelarutan minyak dalam asam sulfat encer, larutan natrium sulfit 1%, dan alkohol 70% dimana minyak adalah senyawa non polar sedangkan pelarut-pelarut tersebut merupakan senyawa polar sehingga sulit melarut, prinsip Like Dissolves Like. Alkohol bersifat polar ataupun nonpolar tergantung pada kadar air.  Jika kadar air dalam alkohol banyak, maka alkohol bersifat polar sehingga minyak sulit larut.  Sedang alkohol absolut kadar airya begitu sedikit sehingga dapat bersifat nonpolar dan minyak mungkin ada sedikit sekali yang terlarut tetapi.
2.    Sifat jenuh (Ikatan Rangkap) dari minyak
Minyak kaya akan asam lemak tak jenuh sehingga berbentuk cair.  Hidrolisis minyak menghasilkan asam karboksilat yang disebut asam lemak.  Asam lemak tak jenuh ikatan rangkapnya dapat mengalami adisi menjadi ikatan tunggal dengan air brom.  Pada percobaan terbentuk larutan hijau muda, bagian bawah sedikit tua setelah minyak dalam eter dicampur air brom, reaksi:
             O                                                        OBr
CH2-O-C-C15H31                                                CH2-O-C-C15H31
           O                                                         OBr
CH2O-C-C15H31   +  Br 2                               CH2O-C-C15H31
                 O                                                                                      OBr
CH2O-C-C15H31                                                  CH2-O-C-C15H31
Sedangkan untuk minyak dalam eter yang direaksikan dengan KMnO4 dan NaOH, maka ikatan rangkap dalam asam lemak akan teroksidasi, oksidasi oleh kalium permanganat tersebut dalam suasana basa menghasilkan satu diol.
3.    Pembentukan Akrolein
Gliserol yang ditambahkan dengan kristal KHSO4 setelah dipanaskan menimbulkan bau menyengat yang disebut akrolein.  Sedangkan pada minyak yang ditambahkan KHSO4 dan kemudian dipanaskan tidak menimbulkan bau menyengat.  Hal ini disebabkan trigleserida yang ada dalam minyak tidak pecah menjadi gliserol.  Reaski pembentukan akrolein yang terjadi pada gliserol:
CH2OH                                             CH2OH            
CH-OH   +  KHSO4                          CH2    +  H2O
CH2OH                                             CHO
                               Gliserol                                           akrolein
4.    Penyabunan
Penyabunan adalah suatu proses hidrolisis lemak dengan alkali yang mengakibatkan putusnya ikatan ester dan menghasilkan gliserol dan garam alkali asam lemak. Sedangkan sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak, yan merupakan satu macam surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Sifat ini yang dapat menyebabkan larutan sabun dapat memasuki serat, dimana sabun dapat menghilangkan dan mengusir kotoran dan minyak. Sabun dapat dibuat dengan jalan penyabunan lemak (minyak), yaitu triester dari triol gliserol.
Sabun dapat terbentuk dari bahan utama yaitu soda (sodium hidroksida) dan minyak.  Dalam proses penyabunan, minyak dapat diubah menjadi Na-tripalmitat yang berasal dari pemecahan (adisi) ikatan rangkap dari gugus karbonil dan tripalmitat dengan katalis NaCl  menghasilkan sabun.  Adisi terjadi dengan melakukan pemanasan, reaksi:

     O
                    CH2-O-C-(CH2)14CH3                                            CH2OH
     O                                                                                    O
                    CH2-O-C-(CH2)14CH3  + NaOH              CH-OH + CH3(CH2)14CONa
     O
                    CH2-O-C-(CH2)14CH3                                          CH2OH
5.    Pembentukan Emulsi
Salah satu kegunaan dari sabun adalah mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Karena struktur kimia dari suatu sabun, yaitu pada bagian akhir dari rantainya yang bersifat hidrofil (menyukai air). Rantai hidrokarbonnya bersifat hidrofobik (tidak menyukai air). Rantai hidrokarbonnya akan larut dalam partikel minyakndan tidk larut dalam air. Sehingga, molekul dari sabun akan menyimpan minyak yang terdispersi, atau teremulsi dalam air. Muatan negatif dari ion sabun juga menyebabkan minyak dan sabun akan tolak menolak satu sama lain sehingga minyak yang teremulsi tidak dapat mengendap.
Terjadi emulsi ini adalah karena sabun mempunyai dua kutub, yaitu kutub polar dan nonpolar.  Kutub polar merupakan logam dari asam lemak yang menarik air (bersifat polar), sedangkan kutub nonpolar merupakan sisa asam yang menarik minyak yang bersifat nonpolar (sama seperti minyak).  Reaksi yang terjadi pada pembentukan emulsi:
                                                                                     O
          CH2OH                                                 CH2-O-C(CH2)14CH3
                                                    O                              O
CH-OH +  3 CH3(CH2)14-C-Na         CH2-O-C(CH2)14CH3  +  3 NaOH
                                                                           O
CH2OH                                                  CH2-O-C(CH2)14CH3
6.    Hidrolisis Sabun
Hidrolisis sabun yang dilakukan dengan menggunakan air yang berlebih yang ditambahkan pasa sabun pekat dan sabun encer dengan menggunakan indikator pp untuk menunjukkan perubahan pada larutan. Hidrolisis yang dilakukan, pada sabun pekat air yang diperlukan lebih benyak daripada air yang digunakan untuk menghidrolisis sabun encer. Sabun yang pekat akan lebih susah terhidrolisis karena molekul-molekul yang padat dan sangat sulit untuk dipecahkan menjadi suatu gliserol dan suatu aldehid Hidrolisis sabun berhubungan dengan bagaimana kemampuan sabun untuk melarut dalam air dalam membersihkan kotoran.  Dari percobaan terlihat bahwa setelah dirambahkan indikator PP maka sabun yang oekat akan berwarna ungu tua, sedangkan sabun enecr berwarna ungu muda.  Air yang digunakan untuk mejadikan larutan sabun menjadi bening terlihat bahwa sabun pekat lebih banyak memerlukan air.  Ini menunjukkan bahwa semakin pekat larutan sabun maka semakin besar kemampuan untuk menghidrolisis.
                Reaksi yang terjadi:
                   CH3(CH2)14COONa                      CH3(CH2)14COO-  +  Na+
                   CH3(CH2)14COO-  +  H2O            CH3(CH2)14COOH  +  OH-
                   OH-   +  Indikator PP                     Merah muda
Penetapan minyak atau lemak dapat dilakukan dengan mengekstraksi bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etil asetat. Setelah contoh uji bebas air dan dihancurkan dengan cara digiling, sebelum melakukan proses ekstraksi yang pertama dilakukan adalah menggerus secara halussampel kacang. Hal ini dilakukan untuk mempermudah minyak yang ada di dalam kacang tersebut terekstrak oleh pelarut yang digunakan, yaitu etil asetat. Hal ini juga berhubungan dengan ukuran partikel yang semakin kecil sehingga memperluas bidang sentuh supaya lebih mudah terekstrak. Proses ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat yang mempunyai titik didih kurang dari titik didih air, maka penangas yang digunakan adalah penangas air karena suhu yang dibutuhkan dalam proses ekstraksi di bawah titik didih air. Lalu biarkan hingga pelarutnya yaitu etil asetat menguap dan mengembun dengan membawa ekstraksi minyak dari bahan yang diekstrak yaitu kacang ke dalam labu dasar bulat . seharusnya proses ekstraksi dilakukan hingga 15 siklus, hal ini dilakukan agar memastikan bahwa kandungan minyak yang berada di dalam sampel kacang telah terekstrak seluruhnya. Namun karena keterbatasan waktu praktikum maka proses ekstraksi hanya dilakukan hingga siklus ke tujuh. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kadar minyak dalam sampel rendah karena minyak dalam sampel belum terekstrak dengan sempurna.
Seteleah sirkulasi proses ekstraksi selesai, dilakukan distilasi atau pemisahan pelarut dengan minyak hasil ekstraksi. Proses destilasi dilakukan dengan menggunakan alat rotavapor. Rotavapor atau rotary evaporator adalah suatu alat yang menggunakan prinsip vakum destilasi. Pelarut etil asetat dan minyak dapat dipisahkan karena prinsip utama alat ini terletak pada penurunan tekanan, sehingga etil asetat dapat menguap dibawah titik didihnya dan hal ini membuat zat yang terkandung di dalam pelarut tidak rusak oleh suhu yang tinggi. Penguapan yang terjadi saat proses destilasi dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat dibantu dengan penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan akan naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung. Proses penguapan dilakukan hingga diperoleh ekstrak kental yang ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung udara yang pecah-pecah pada permukaan ekstrak atau jika sudah tidak ada lagi pelarut yang menetes pada labu alas bulat penampung. Ketika proses destilasi sudah selesai dan saat ingin melepaskan labu alas bulat, kami mengalami kesulitan. Jika labu alas bulat sulit untuk dilepaskan maka kemungkinannmasih tersisa tekanan pada kondensor dan sebaiknya kran pengatur dibuka dengan cepat. Dan hal penting yang harus diperhatikan adalah suhu  yang digunakan dalam waterbath. Suhu yang digunakan harus sesuai dengan pelarut yang digunakan.
Prinsip kerja angka penyabunan adalah sejumlah tertentu sampel minyak/ lemak direaksikan dengan basa alkali berlebih yang telah diketahui konsentrasinya menghasilkan griserol dan sabun. Sisa dari NaOH dititrasi dengan menggunakan HCl yang telah diketahui konsentrasinya juga sehingga dapat diketahui berapa banyak NaOH yang bereaksi yang setara dengan asam lemak dan asam lemak bebas dalam sampel. Pada saat melakukan percobaan untuk menguji angka penyabunan sampel minyak  direaksikandengan NaOH dalam alkohol berlebih, seharusnya ditambahkan KOH, namun karena keterbatasan alat sehingga digantikan fungsinya dengan menggunakan NaOH. Pada saat melakukan percobaan untuk menentukan angka penyabunan, asam lemak dan asam lemak bebas dari minyak (sampel) dengan menggunkan NaOH dalam Alkohol dapat membentuk sabun,
Reaksinya:
Angka penyabunan tersebut adalah banyaknya mg NaOH yang diperlukan untuk menyabunkan secara sempurnya 1g Lemak atau minyak. Pada saat percobaan angaka penyabunan juga digunakan titrasi blanko ( titrasi tanpa menggunakan sampel) yang berfungsi untuk mengetahui jumlah titer yang bereaksi dengan preaksi. Sehingga dalam perhitungan tidak terjadi kesalahan yang disebabkan oleh preaksi. Angka Asam, Prinsip pada saat melakukan percobaan angka asam adalah sejumlah tertentu sampel yang mengandung lemak atau minyak dilarutkan dalam alkohol kemudian direfulks selama 1 jam, sampel yang telah larut tersebut dititrasi dengan menggunakan basa alkali yang konsentrasinya telah diketahui untuk dihitung angka asamnya.
Fungsi penambahan alkohol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agara dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang digunakan adalah untuk melarutkan minyak, sehingga alkohol (etanol) yang digunakan konsentrasinya berada di kisaran 95-96%, karena etanol 95 % merupakan pelarut lemak yang baik. Fungsi pemanasan (refluks) saat percobaan adalah agar reaksi antara alkohol dan minyak tersebut bereaksi dengan cepat, sehingga pada saat titrasi diharapkan alkohol (etanol) larut seutuhnya. Sama seperti percobaan angka penyabunan seharusnya basa alkali yang digunakan adalah KOH, namun karena keterbatasan zat, maka preaksi yang digunakan digantikan fungsinya dengan NaOH.
Asam  lemak bebas yang terdapat dalam lemak atau minyak dapat dinetralkan dengan menggunakan basa. Sehingga angka asam adalah mg basa alkali  yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 g lemak atau minyak.
PERHITUNGAN          :
BILANGAN PENYABUNAN =  ((b-a)ml x N HCl x BE KOH) : mg sampel
                                               =  ((26,25-25.50)ml x 0,5 meq/ml x56 mg/meq) :     2017,1mg
                                               = 0,0104 mg/mg
                                               =10,4 mg/g
 KESIMPULAN                      :
1.    Penyabunan adalah hidrolisis lemak dengan alkali yang menyebabkan putusnya ikatan      eseter dan menghasilkan gliserol dan garam alkali lemaknya.
2.  Minyak bersifat nonpolar sehingga akan dapat dilarutkan oleh pelarut-pelarut nonpolar, seperti pelarut organik (kloroform).
3.     Prinsip terbentukya emulsi oleh sabun yaitu adanya bagian polar dari sabun yang mengikat air, dan bagian dari sabun yang mengikat minyak.
4.  Gliserol mudah bereaksi dengan KHSO4 dengan mengeluarkan bau yang khas dan terjadi pada suhu tinggi yang disebut dengan akrolein.
5.   Larutan sabun pekat dan encer jika dihidrolisis akan membentuk asam lemah yang terurai menjadi ion Na+ dan OH-.
6.   bilangan penyabunan pada sampel minyak adalah 10,4 mg/g
                  


DAFTAR PUSTAKA             :
1.   Keenan.  1991.  Kimia Untuk Universitas.  Jakarta:  Erlangga.
2.   Linggih, S.  1986.  Ringkasan Kimia.  Bandung:  Genexa Excat.
3.   Nizam, M. 2012. Minyak Definisi  Dan Penyabunan.
4.   http://nizamora.blogspot.com/2012/10/minyakdefinisi-dan-penyabunan.html
5.   Panagan , A. T. Heni, Y & jujor U. G. 2011. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 dari Minyak Ikan Patin (Pangasius pangasius) dengan Metoda Kromatograi Gas. Jurnal Penelitian Sains Volume14Nomer4(C) 14409.
6.   Riawan.  1990.   Kimia Organik.  Jakarta:  Bina Rupa Aksara.
7.   Yulianto, P. 2011. Kelarutan Dan Reaksi Penyabunan Pada Lemak/Minyak.
8.   http://petrusyulianto.blogspot.com/2011/09/kelarutan-dan-reaksi-penyabunan-pada.html.