LAPORAN LENGKAP
NAMA :
HASANUDDIN DG TAWANG
NIS : 124811
KELAS/KELOMPOK : XII.A/A1.2
TANGGAL
PENETAPAN : 5 OKTOBER 2014
JUDUL
PENETAPAN : KADAR
LEMAK DALAM SAMPEL CARA SOXLET
TUJUAN :
Praktikum penetapan lemak
kasar dan komponen lipid dilakukan dengan tujuan agar praktikan dapat
mengetahui kadar lemak yang terkandung dalam suatu bahan pangan. Metode yang
digunakan tergolong dalam metode ekstraksi kering yaitu metode Soxhlet
DASAR
PRINSIP :
Lemak bebas diekstraksi dengan
pelarut non polar. Metode soxhlet yaitu lemak yang terekstrasi dalam pelarut
akan terakumulasi dalam wadah pelarut (labu Soxhlet), kemudian dipisahkan dari
pelarutnya dengan cara dipanaskan dengan oven 105 . Pelarut akan menguap
sedangkan lemak tidak karena titik didih lemak lebih tinggi dari 105 , sehingga
menguap dan tinggal dalam wadah. Lemak hasil ekstraksi kemudian ditimbang
beratnya lalu dihitung sehingga diperoleh kadar lemak dalam sampel.
DASAR TEORI :
Lemak merupakan bagian dari lipid
yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa
organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3),
benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut
tersebut karena lemak mempunyai
polaritas yang sama dengan pelarut.
Dalam mengetahui kadar lemak yang
terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun
mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu
mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak
seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil,
dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous)
agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai
lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang.
Sifat-sifat dari lemak dapat
diidentifikasi dengan beberapa metode Terdapat dua metode untuk mengekstraksi
lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering
pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang
terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan
menggunakan pelarut anhydrous. Keuntungan dari dari metode kering ini,
praktikum menjadi amat sederhana, bersifat universal dan mempunyai ketepatan
yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut
yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai
lemak. Pada praktikum penetapan kadar lemak ini digunakan metode ekstraksi
kering yaitu metode Soxhlet.
METODE SOXHLET
Metode Soxhlet termasuk jenis
ekstraksi menggunakan pelarut semikontinu. Ekstraksi dengan pelarut semikontinu
memenuhi ruang ekstraksi selama 5 sampai dengan 10 menit dan secara menyeluruh
memenuhi sampel kemudian kembali ke tabung pendidihan. Kandungan lemak diukur
melalui berat yang hilang dari contoh atau berat lemak yang dipindahkan. Metode
ini menggunakan efek perendaman contoh dan tidak menyebabkan penyaluran.
Walaupun begiru, metode ini memerlukan waktu yang lebih lama daripada metode
kontinu.
Prinsip Soxhlet ialah ekstraksi
menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi
kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Soxhlet
terdiri dari pengaduk atau granul anti-bumping, still pot (wadah penyuling,
bypass sidearm, thimble selulosa, extraction liquid, syphon arm inlet, syphon
arm outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling water in,dan
cooling water out .
Langkah-langkah
dalam metode Soxhlet adalah :
Menimbang tabung pendidihan ;
menuangkan eter anhydrous dalam tabung pendidihan, susun tabung pendidihan,
tabung Soxhlet, dan kondensator ; ekstraksi dalam Soxhlet ; mengeringkan tabung
pendidihan yang berisi lemak yang terekstraksi pada oven 1000C selama 30 menit
; didinginkan dalam desikator lalu ditimbang.
Sampel yang sudah dihaluskan,
ditimbang 5 sampai dengan 10 gram dan kemudian dibungkus atau ditempatkan dalam
“Thimble” (selongsong tempat sampel) , di atas sampel ditutup dengan kapas.
Pelarut yang digunakan adalah petroleum spiritus dengan titik didih 60 sampai
dengan 80°C. Selanjutnya, labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih
ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan
petroleum spiritus 60 – 80°C sebanyak 175 ml. Digunakan petroleum spiritus
karena kelarutan lemak pada pelarut organik. Thimbleyang sudah terisi sampel
dimasukan ke dalam Soxhlet. Soxhlet disambungkan dengan labu dan ditempatkan
pada alat pemanas listrik serta kondensor . Alat pendingin disambungkan dengan
Soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak kemudian mulai
dipanaskan.
Ketika pelarut dididihkan, uapnya
naik melewati Soxhlet menuju ke pipa pendingin. Air dingin yang dialirkan
melewati bagian luar kondensor mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke
fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut melarutkan lemak dalam thimble,
larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila volumenya telah mencukupi,
sari akan dialirkan lewat sifon menuju
labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks.
Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 6 jam. Setelah proses ekstraksi
selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan dikeringkan.
Faktor yang
Memengaruhi Kadar Lemak
Faktor-faktor yang memengaruhi laju
ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut,
suhu pelarut, dan tipe pelarut. Dibandingkan dengan cara maserasi, ekstraksi
dengan Soxhlet memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi karena pada cara ini
digunakan pemanasan yang diduga memperbaiki kelarutan ekstrak. Makin polar
pelarut, bahan terekstrak yang dihasilkan tidak berbeda untuk kedua macam cara
ekstraksi. Fenolat total yang tertinggi didapatkan pada proses ekstraksi
menggunakan pelarut etil asetat. Sifat antibakteri tertinggi terjadi pada
ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat untuk
ketiga macam bakteri uji Gram-positif. Semua ekstrak tidak menunjukkan daya
hambat yang berarti pada semua bakteri uji Gram-negatif.
Crackers
Crackers adalah jenis biskuit yang
terbuat dari adonan keras melalui proses fermentasi atau pemeraman, berbentuk
pipih yang mengarah kepada rasa asin dan renyah, serta bila dipatahkan
penampang potongannya berlapis-lapis. Crackers tanpa pemanis merupakan tipe
yang paling populer yang dapat dikonsumsi sebagai pengganti roti dan
penggunaanya lebih luas sebagai makanan diet. Ciri-ciri crackersyang baik
adalah tekstur yang renyah, tidak keras apabila digigit, tidak hancur, dan
mudah mencair apabila dikunyah. Bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatancrackers dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bahan-bahan yang
berfungsi sebagai pengikat dan bahan pelembut tekstur. Bahan pengikat atau pembentuk adonan yang
kuat adalah tepung terigu, air, dan garam, sedangkan bahan-bahan yang berfungsi
sebagai pelembut tekstur adalah gula, mentega, dan leavening agent (baking
powder)sebagai bahan pengembang.
Pelarut Heksana
n-Heksana adalah bahan kimia yang
terbuat dari minyak mentah. Normal heksana tidak berwarna dan memiliki bau yang
tajam. Bahan ini mudah terbakar dan uapnya bersifat eksplosif. Kebanyakan
heksana digunakan pada industri sebagai pelarut. Pelarut yang menggunakan
n-heksana bisanya digunakan untuk mengestrak minyak sayuran dari hasil
pertanian, seperti kedelai. Pelarut ini juga digunakan sebagai agen pembersih
pada percetakan, tekstil, furniture, dan industri pembuatan sepatu. Heksana
larut hanya pada air. Kebanyakan
n-heksana yang tumpah di air akan mengapung ke permukaan dimana heksana
akan menguap ke udara.
ALAT DAN
BAHAN :
-
Kertas
saring
-
Labu
lemak
-
Oven
-
Neraca
analitik
-
Desikator
-
Alat
soxlet
-
Sampel
-
n-heksana
PENGAMATAN :
·
BOBOT
SAMPEL : 15,0151 g
·
BOBOT
LABU DIDIH KOSONG (a) : 108,2521 g
·
BOBOT
LABU DIDIH KOSONG + LEMAK (b) : 110,3270 g
·
BOBOT
LEMAK : b-a
: 110,3270 g -108,2521 g
:
2,0749 g
PEMBAHASAN :
Pada percobaan penentuan kadar
lemak dalam suatu bahan pangan ini, digunakan metode ekstraksi langsung dengan
alat soxhlet (soxhletasi). Lemak yang di analisis merupakan lemak kasar. Lemak
kasar adalah campuran beberapa senyawa yang tidak larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut lemak (ether, petroleum benzene, karbon tetra khlorida dsb).
Pelarut yang digunakan harus bebas dari air agar bahan-bahan yang larut dalam
air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut
menjadi berkurang.
praktikum ini dilakukan penetapan
kadar lemak pada berbagai jenis sampel yang ada di pasaran dengan menggunakan metode soxhlet (metode
ekstraksi kering). Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang
selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah
pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk
atau granul anti bumping, still pot (wadah penyuling, bypass sidearm, thimble
selulosa, extraction liquid, syphon arm inlet, syphon arm outlet, expansion
adapter, condenser (pendingin), cooling water in, dan cooling water out
(Darmasih, 1997).
Mekanisme
Soxhletasi
Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5
gram dan kemudian dibungkus atau ditempatkan dalam thimble (selongsong tempat
sampel). Pelarut yang digunakan adalah hexane dengan titik didih 60-80°C.
Hexana digunakan karena lemak larut dalam pelarut organik.
Thimble (selongsong) yang sudah terisi
sampel dimasukan ke dalam soxhlet. Soxhlet disambungkan dengan labu dan ditempatkan
pada alat pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin disambungkan dengan
soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai
dipanaskan (Darmasih, 1997).
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik
melewati soxhlet menuju ke pipa pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati
bagian luar condenser mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair,
kemudian menetes ke thimble. Prinsip ini merupakan prinsip kondensasi. Pelarut
melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan
bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu.
Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses
ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 2 jam. Setelah proses ekstraksi selesai,
pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan dikeringkan
(Darmasih, 1997).
Labu lemak yang akan digunakan,
sebelumnya harus di oven terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan
kadar air atau lemak yang menempel pada labu. Setelah di oven, labu lemak
disimpan didalam desikator yang berisi silika gel. Silika gel berfungsi sebagai
penyerap air dan menyeimbangkan suhu labu lemak agar dingin ketika penimbangan.
Setelah proses soxhletasi selesai,
maka labu lemak harus dikeringkan didalam oven 1050C selama 30 menit hingga
aroma hexana tidak tercium. Pada sampel kuping gajah, lemak yang terbentuk
adalah lemak cair dan memiliki aroma khas lemak.
Berdasarkan
perhitungan, diketahui bahwa kadar lemak kue kuping gajah adalah 20,871 %. Hal
ini dapat disebabkan dari bahan dan proses pembuatan kue kuping gajah yang
digoreng, sehingga kadar lemak yang diperoleh besar.
Kadar lemak
yang diperoleh dengan yang berdasarkan Nutrition Fact sangat jauh lebih rendah
yaitu sekitar 6,9% (TKPI, 2008) . Hal ini kemungkinan karena proses ekstraksi
yang kurang maksimal, banyaknya sirkulasi 3 kali. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi,
kuantitas pelarut, suhu pelarut, dan tipe pelarut.
PERHITUNGAN :
% LEMAK =bobot lemak / bobot sampel x 100%
= 2,0749 g / 15,0151 g x 100%
= 13,81 %
KESIMPULAN :
Dari hasil perhitungan
di atas dapat d simpulkan bahwa ,kadar lemak pada sampel cara soxlet di
dapatkan 13,81 %
DAFTAR
PUSTAKA :
·
Darmasih.
1997. Prinsip Soxhlet. peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek97-24.pdf.
(diakses pada tanggal 28 Januari 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar