LAPORAN
LENGKAP
NAMA : HASANUDDIN DG TAWANG
NIS : 124811
KELAS/KELOMPOK : XII.A/A1.1
TANGGAL : 30 AGUSTUS 2014
JUDUL PENETAPAN :
BILANGAN PENYABUNAN
TUJUAN PERCOBAAN :
Tujuan
percobaan adalah untuk mengetahui sifat-sifat lemak dan mempelajari reaksi penyabunan.
DASAR PRINSIP :
Contoh
minyak di sabunkan denga KOH-Alkohol berlebih.kelebihan KOH di titar dengan HCl
menggunakan indicator PP.
DASAR TEORI :
Lipid (dari kata yunani Lipos). Lemak
merupakan penyusun tumbuhan atau hewan yang dicirikan oleh sifat kelarutannya.
Pada umumnya, lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut
dalam alkohol, dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter,
kloroform, aseton, serta pelarut non polar lainnya. Lipid adalah senyawa
organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non polar atau
semi polar seperti eter dan kloroform. Lemak dan minyak merupakan salah satu
bagian dari lipid disamping jenis yang lain, seperti prostaglandin, fosfolipid,
terpenoid, steroid, dan lain-lain (Keenan, 1991). Lemak dan minyak merupakan
trigliserida atau triester gliserol. Lemak dan minyak mempunyai struktur dasar
yang sama, biasanya dibedakan berdasarkan titik lelehnya. Titik leleh tersebut
bergantung pada panjangnya rantai hidrokarbon dan adanya ikatan rangkap antara
atom karbon asam lemak penyusunnya. Minyak kaya akan asam lemak tak jenuh
sehingga berbentuk cair sedangkan lemak berbentuk padat pada suhu kamar. Lemak
umumnya berasal dari hewan sedangkan minyak umumnya berasal dari tumbuhan,
seperti minyak jagung, minyak zaitun, minyak wijen, dan lain-lain.
Asam-asam lemak
dapat diperoleh dari lilin (waxes), misalnya lilin lebah. Dalam hal ini, asam
lemak diesterkan dengan suatu alkohol sederhana berantai-panjang. Kebanyakan
lemak dan minyak yang terdapat dalam alam merupakan trigliserida
campuran-artinya, ketiga bagian asam lemak dari gliserida itu tidaklah sama
(Riawan, 1990).
Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil
karna jika dibiarkan kedua larutan akan memisah menjadi dua lapisan.
Sebaliknya, minyak dalam soda kue akan membentuk emulsi yang stabil karna aasam
lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun.
Sabun mempunyai daya aktif permukaan sehingga tetes-tetes minyak menjadi
tersebar seluruhnya. Lemak/minyak dapat terhidrolisis, lalu menghasilkan asam
lemak dan gliserol. Proses hidrolisis yang disengaja biasadilakukan dengan
penambahan basa kuat, seperti NaOH dan KOH, Melalui pemanasan dan mengghasilkan
gliserol dan sabun. Proses hidrolisis minyak oleh alkali disebut reaksi
penyabunan atau saponifikasi. Lemak/minyak merupakan asam karboksilat/asam
alkanoat jenuh alifatis (tidak terdapat ikatan rangkap C=C dalam rantai
alkilnya, rantai lurus, panjang tak bercabang) dengan gugus utama –COOH dalam
bentuk ester/gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam
lemak dengan gliserol suku tinggi (Yulianto, 2011).
Begitu banyak fungsi dari lemak itu sendiri, diantaranya
adalah sebagai pembangun sel. Lemak adalah bagian penting dari membran yang
membungkus setiap sel di tubuh kita. Tanpa membran sel yang sehat, bagian lain
dari sel tidak dapat berfungsi :
1. Sumber
energi. Lemak adalah makanan sumber energi yang paling efisien. Setiap gram
lemak menyediakan 9 kalori energi, sedangkan karbohodrat dan protein memberi 4
kalori.
2. Melindungi
organ. Banyak organ vital seperti ginjal, jantung, dan usus dilindungi oleh
lemak dengan memberinya bantalan agar terhindar dari luka dan menahan agar
tetap pada tempatnya.
3. Pembangun
hormon. Lemak adalah unsur pembangun sebagian senyawa terpenting bagi tubuh,
termasuk prostaglandin, senyawa semacam hormon yang mengatur banyak fungsi
tubuh. Lemak mengatur produksi hormon seks. Pembangun otak. Lemak menyediakan
komponen penyusun tidak hanya bagi membran sel otak, tapi juga myelin, 'jaket'
lemak yang menyelimuti tiap serat syaraf, yang membuatnya mampu menghantar
pesan dengan lebih cepat (Yulianto, 2011).
Rantai hidrokarbon dalam suatu asam lemak dapat bersifat
jenuh atau dapat pula mengandung ikatan-ikatan rangkap. Asam lemak yang
tersebar paling merata dalam alam, yaitu asam oleat, mengandung satu ikatan
rangkap. Asam-asam lemak dengan lebih dari satu ikatan rangkap adalah tidak
lazim, terutama dalam minyak nabati; minyak-minyak ini disebut poliunsaturat
(polyunsaturates). Hidrolisis lemak dan minyak akan menghasilkan asam
karboksilat yang disebut asam lemak. Umumnya asam lemak mempunyai rantai hidrokaron
panjang dan tidak bercabang. Penyabunan adalah proses hidrolisis lemak dengan
alkali yang mengakibatkan putusnya ikatan ester dan menghasilkan gliserol dan
garam alkali asam lemak. Asam lemak ini dapat berupa asam lemak jenuh seperti
asam butirat, asam palmitat, dan lain-lain, asam lemak tak jenuh seperti asam
oleat, asam linoleat, dan lain-lain, ataupun gabungan keduanya. Molekul-molekul
sabun terdiri dari rantai seperti hidrokarbon panjang dengan satu gugus yang
sangat polar pada satu ujungnya. Rantai karbon ini bersifat lipofilik dan
ujungnya yang polar bersifat hidrofilik (Riawan, 1990).
Pencampuran air dengan sabun akan membentuk dispersi
koloid. Larutan sabun ini mengandung agregat dari molekul sabun yang disebut
micelle. Ujung polar atau hidrofilik membentuk permukaan micelle yang
berhubungan dengan air. Sabun mempunyai sifat sebagai berikut:
Ø Sabun dalam air
akan terhidrolisis dan akan membentuk basa yang menyebabkan sabun dalam air
bersifat basa.
Ø Larutan sabun
mempunyai daya merendahkan atau menurunkan tegangan muka cairan sehingga
menyebabkan terjadinya busa bila sabun dikocok.
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut
surfaktan (dari kata surface active agents), yakni senyawa yang dapat
menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu
ujung hidrofobik (satu rantai hidrokarbon atau lebih) dan suatu ujung
hidrofilik (biasanya, namun tidak harus, ionik). Porsi hidrokarbon dari suatu
molekul surfaktan harus mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif
(Linggih, 1986).
Dalam banyak literatur ilmiah dipakai istilah lipid yang
berarti lemak, minyak atau unsur yang menyerupai lemak yang didapat dalam
pangan dan digunakan dalam tubuh. Lemak mengandung lebih banyak karbon dan
lebih sedikit oksigen daripada karbohidrat. Oleh karena itu lebih banyak
mempunyai nilai tenaga. Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah
trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok lipid. Secara umum, lemak
diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam
keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang
berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk
membedakan minyak dan lemak ini. Satu molekul gliserol dapat bersenyawa dengan
1-3 molekul asam lemak memebentuk: Monogliserida dengan 1 asam lemak,
digliserida dengan 2 asam lemak, trigliserida dengan 3 asam lemak. Dalam proses
pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul
gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak yang membentuk satu molekul
trigliserida dan tiga molekul air (Nizam, 2012).
Lemak merupakan suatu senyawa ester yang terbentuk dari
gliserol asam lemak (asam karboksilat). secara umum lemak (Fat) dan minyak
(oil) merupakan golongan lipida yaitu senyawa organik yang terdapat dalam alam
serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti
suatu hidrokarbon atau dietileter. Lemak dan minyak merupakan salah satu
kelompok yang termasuk golongan lipid. Satu sifat yang khas mencirikan golongan
lipid (termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik
(misalnya eter dan kloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut
air. Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis
ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan
menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan menggunakan alat soklet. Minyak
nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun
tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut dalam pelarut organik, seperti heksan
dan benzen. Untuk mendapatkan minyak nabati dari bahagian tumbuhannya, dapat
dilakukan dengan metoda sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai (Nizam,
2012).
Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang
berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan
relatif sedikit. Bila penyaringan ini
telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang
tersari. Metode sokletasi menggunakan
suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang
terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak
diinginkan. Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda
maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda
pemisahan minyak astiri (distilasi uap),
tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan
atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang
diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang
didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi. Sokletasi digunakan pada
pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul
setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut
tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan
diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu
distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut
dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui
pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang
diinginkan. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut –
pelarut organik dengan kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum
eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa – senyawa trepenoid dan lipid –
lipid, kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan
senyawa – senyawa yang lebih polar.
Walaupun demikian, cara ini seringkali tidak menghasilkan pemisahan yang
sempurna dari senyawa – senyawa yang diekstraksi. Dibanding dengan cara
terdahulu ( destilasi ), maka metoda sokletasi ini lebih efisien, karena
Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang
kali. Waktu yang digunakan lebih efisien. Pelarut lebih sedikit dibandingkan
dengan metoda maserasi atau perkolasi. Pelarut tidak mengalami perubahan yang
spesifik.
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas
dalam minyak dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam
juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini
menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat terjadi
reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat pengolahan. Asam lemak merupakan
struktur kerangka dasar untuk kebanyakan bahan lipid. Lipid merupakan senyawa
yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari gugus nonpolar. Sebagai akibat
sifat-sifatnya, mereka mudah larut dalam pelarut nonpolar dan relatif tidak
larut dalam air (Nizam, 2012). Lemak dan minyak adalah suatu trigliserida atau
triasilgliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak adalah lemak berbentuk
padat dan minyak berbentukcairpadasuhukamar. Lemaktersusunoleh asam lemak jenuh
sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tak jenuh. Lemak dan minyak adalah
bahan-bahanyangtidaklarutdalamair (Panagan dkk, 2011).
ALAT DAN BAHAN :
A. Alat
Alat yang
digunakan tabung reaksi, pipet tetes, penangas air, penjepit, arloji dan botol
semprot.
B. Bahan
Bahan yang
digunakan adalah minyak, busa sabun, NaCl 2M, NaOH 2M, akuadest, H2SO4 encer,
larutan Na2SO3 1%, alkohol 70%, kloroform, etanol 90%,
indikator penolptalein, KMnO4 encer, gliserol dan kristal KHSO4.
PROSEDUR KERJA
:
1. Uji
Kelarutan
Ø Disiapkan 7
tabung reaksi dan diisi masing-masing dengan aquades, H2SO4 encer, Na2SO3 1%,
alkohol 70%, kloroform, etanol 90%.
Ø Ditambahkan
beberapa tetes minyak pada masing-masing tabung reaksi.
Ø Dikocok dan
diamati kelarutan minyak dalam masing-masing pelarut tersebut
2. Sifat Jenuh
(ikatan rangkap) dari Minyak
Ø Dilarutkan 2 ml
minyak dalam eter, dibagi menjadi 2 bagian.
Ø Bagian pertama,
direaksikan dengan air brom, dikocok
Ø Bagian kedua ,
direaksikan dengan KMnO4 dan NaOH, dikocok
Ø Diamati
perubahan yang terjadi
3. Pembentukan
akrolein
Ø Disiapkan 2
tabung reaksi, diisi masing-masing dengan gliserol dan minyak
Ø Ditambahkan
dengan kristal KHSO4, dipanaskan dengan hati-hati
Ø Diamati bau yang
muncul, manakah yang berbau merangsang
4. Penyabunan
Ø Dimasukkan 1 ml
minyak kedalam tabung reaksi, ditambahkan dengan 4 ml NaOH 2M
Ø Dipanaskan dalam
penangas air bersuhu 80-1000C selama 30 menit
Ø Ditambahkan 2 ml
NaCl 2M, didinginkan sampai terbentuk gumpalan atau endapan, dipisahkan lapisan
airnya
Ø Diambil
endapannya dan ditambahkan air sampai setengah tabung reaksi
Ø Ditutup dan
dikocok perlahan-lahan, diamati perubahan yang terjadi
5. Pembentukan
Emulsi
Ø Disiapkan 2
tabung reaksi, diisi dengan masing-masing 1 ml air dan larutan sabun
Ø Ditambahkan
beberapa tetes minyak, dikocok, dan dibiarkan selama 5 menit
Ø Diamati apa yang
terjadi
6. Hidrolisis
sabun
Ø Dimasukkan
kedalam tabung reaksi masing-masing 1 nl sabun pekat dan sabun encer
Ø Ditambahkan 5
tetes indikator pp, ditambahkan air sampai larutan tidak berwarna lagi
Ø Dibandingkan
jumlah air yang dipakai
PENGAMATAN :
v Berat
contoh(minyak) : 2017,1 mg
v Volume
penitar : a.25,5 ml
b.26,2 ml
v Warna
larutan sebelum penambahan indikatr(PP) :
a. merah ungu
b. ungu muda
v Warna
larutan setelah penambahan indicator :
a.merah muda
b. merah muda
v Warna
larutan setelah tercapai titik akhir : a. tak berwarna
b. tak berwarna
PEMBAHASAN :
1. Uji Kelarutan
Minyak
yang dilarutkan dalam tujuh macam pelarut yaitu akuadest, H2SO4 encer, Na2SO3
1%, alkohol 70%, alkohol, kloroform dan etanol 90%. Minyak tersebut membentuk emulsi (tidak
larut) dalam air, asam sulfat encer, larutan natrium sulfat 1% dan
alkohol. Minyak sedikit larut dalam
etanol 90% dan melarut semuanya dengan kloroform. Minyak merupakan suatu
grigliserida atau triasetil gliserol yang merupakan bentuk cair dari lemak pada
temperatur kamar. Minyak dan lemak merupakan salah satu kelas dari lipid,
sehingga minyak merupakan senyawa organik yang terdapat dialam, tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar. Sehingga dari uji kelarutan
yang dilakukan dengan air, minyak tidak dapat larut. Sedangkan pada pelarut
aseton dan kloroform, minyak yang ditambahkan dapat larut dengan sempurna.
Karena merupakan senyawa organik yang bersifat nonpolar, serta lemak dan minyak
mempunyai sifat struktur yang spesifik yaitu mempunyai gugusan rantai
hidrokarbon hidrofil yang sedikit jika ada. Dengan air minyak membentuk emulsi
(tidak larut) dan tidak stabil atau akan memisah kembali jika tercampur. Hal ini disebabkan karena air mempunyai
polaritas dan BJ yang berbeda dengan minyak.
Pada saat pemisahan, minyak berada diatas karena BJ minyak lebih kecil
dari pada air. Untuk beberapa saat
minyak melarut, reaksinya:
CH2O2C(CH2)16CH3 CH2-OH
CH2-C(CH2)16CH3 + 3H2O
CHOH + 3CH3(CH2)16 COOH
CH2O2C(CH2)16CH3 CH2-OH
Sedangkan untuk kelarutan minyak dalam asam sulfat encer,
larutan natrium sulfit 1%, dan alkohol 70% dimana minyak adalah senyawa non
polar sedangkan pelarut-pelarut tersebut merupakan senyawa polar sehingga sulit
melarut, prinsip Like Dissolves Like. Alkohol bersifat polar ataupun nonpolar
tergantung pada kadar air. Jika kadar
air dalam alkohol banyak, maka alkohol bersifat polar sehingga minyak sulit
larut. Sedang alkohol absolut kadar
airya begitu sedikit sehingga dapat bersifat nonpolar dan minyak mungkin ada
sedikit sekali yang terlarut tetapi.
2. Sifat jenuh
(Ikatan Rangkap) dari minyak
Minyak kaya akan asam lemak tak jenuh sehingga berbentuk
cair. Hidrolisis minyak menghasilkan
asam karboksilat yang disebut asam lemak.
Asam lemak tak jenuh ikatan rangkapnya dapat mengalami adisi menjadi
ikatan tunggal dengan air brom. Pada
percobaan terbentuk larutan hijau muda, bagian bawah sedikit tua setelah minyak
dalam eter dicampur air brom, reaksi:
O
OBr
CH2-O-C-C15H31
CH2-O-C-C15H31
O
OBr
CH2O-C-C15H31
+ Br 2 CH2O-C-C15H31
O
OBr
CH2O-C-C15H31
CH2-O-C-C15H31
Sedangkan untuk minyak dalam eter yang direaksikan dengan
KMnO4 dan NaOH, maka ikatan rangkap dalam asam lemak akan teroksidasi, oksidasi
oleh kalium permanganat tersebut dalam suasana basa menghasilkan satu diol.
3. Pembentukan
Akrolein
Gliserol yang ditambahkan dengan kristal KHSO4 setelah
dipanaskan menimbulkan bau menyengat yang disebut akrolein. Sedangkan pada minyak yang ditambahkan KHSO4
dan kemudian dipanaskan tidak menimbulkan bau menyengat. Hal ini disebabkan trigleserida yang ada
dalam minyak tidak pecah menjadi gliserol.
Reaski pembentukan akrolein yang terjadi pada gliserol:
CH2OH
CH2OH
CH-OH + KHSO4 CH2 +
H2O
CH2OH CHO
Gliserol
akrolein
4. Penyabunan
Penyabunan adalah suatu proses hidrolisis lemak dengan
alkali yang mengakibatkan putusnya ikatan ester dan menghasilkan gliserol dan
garam alkali asam lemak. Sedangkan sabun adalah garam logam alkali (biasanya
garam natrium) dari asam-asam lemak, yan merupakan satu macam surfaktan yang
dapat menurunkan tegangan permukaan air. Sifat ini yang dapat menyebabkan
larutan sabun dapat memasuki serat, dimana sabun dapat menghilangkan dan
mengusir kotoran dan minyak. Sabun dapat dibuat dengan jalan penyabunan lemak
(minyak), yaitu triester dari triol gliserol.
Sabun dapat terbentuk dari bahan utama yaitu soda (sodium
hidroksida) dan minyak. Dalam proses
penyabunan, minyak dapat diubah menjadi Na-tripalmitat yang berasal dari
pemecahan (adisi) ikatan rangkap dari gugus karbonil dan tripalmitat dengan
katalis NaCl menghasilkan sabun. Adisi terjadi dengan melakukan pemanasan,
reaksi:
O
CH2-O-C-(CH2)14CH3
CH2OH
O
O
CH2-O-C-(CH2)14CH3 + NaOH CH-OH + CH3(CH2)14CONa
O
CH2-O-C-(CH2)14CH3 CH2OH
5. Pembentukan
Emulsi
Salah satu kegunaan dari sabun adalah mengemulsi kotoran
berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Karena struktur kimia dari
suatu sabun, yaitu pada bagian akhir dari rantainya yang bersifat hidrofil
(menyukai air). Rantai hidrokarbonnya bersifat hidrofobik (tidak menyukai air).
Rantai hidrokarbonnya akan larut dalam partikel minyakndan tidk larut dalam
air. Sehingga, molekul dari sabun akan menyimpan minyak yang terdispersi, atau
teremulsi dalam air. Muatan negatif dari ion sabun juga menyebabkan minyak dan
sabun akan tolak menolak satu sama lain sehingga minyak yang teremulsi tidak
dapat mengendap.
Terjadi emulsi ini adalah karena sabun mempunyai dua
kutub, yaitu kutub polar dan nonpolar.
Kutub polar merupakan logam dari asam lemak yang menarik air (bersifat
polar), sedangkan kutub nonpolar merupakan sisa asam yang menarik minyak yang
bersifat nonpolar (sama seperti minyak).
Reaksi yang terjadi pada pembentukan emulsi:
O
CH2OH
CH2-O-C(CH2)14CH3
O O
CH-OH + 3
CH3(CH2)14-C-Na
CH2-O-C(CH2)14CH3 + 3 NaOH
O
CH2OH CH2-O-C(CH2)14CH3
6. Hidrolisis
Sabun
Hidrolisis sabun yang dilakukan dengan menggunakan air
yang berlebih yang ditambahkan pasa sabun pekat dan sabun encer dengan
menggunakan indikator pp untuk menunjukkan perubahan pada larutan. Hidrolisis
yang dilakukan, pada sabun pekat air yang diperlukan lebih benyak daripada air
yang digunakan untuk menghidrolisis sabun encer. Sabun yang pekat akan lebih
susah terhidrolisis karena molekul-molekul yang padat dan sangat sulit untuk
dipecahkan menjadi suatu gliserol dan suatu aldehid Hidrolisis sabun
berhubungan dengan bagaimana kemampuan sabun untuk melarut dalam air dalam
membersihkan kotoran. Dari percobaan
terlihat bahwa setelah dirambahkan indikator PP maka sabun yang oekat akan
berwarna ungu tua, sedangkan sabun enecr berwarna ungu muda. Air yang digunakan untuk mejadikan larutan
sabun menjadi bening terlihat bahwa sabun pekat lebih banyak memerlukan
air. Ini menunjukkan bahwa semakin pekat
larutan sabun maka semakin besar kemampuan untuk menghidrolisis.
Reaksi yang terjadi:
CH3(CH2)14COONa
CH3(CH2)14COO- + Na+
CH3(CH2)14COO- + H2O
CH3(CH2)14COOH + OH-
OH- + Indikator PP Merah muda
Penetapan minyak atau lemak dapat dilakukan dengan
mengekstraksi bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Proses ekstraksi
dilakukan dengan menggunakan pelarut etil asetat. Setelah contoh uji bebas air
dan dihancurkan dengan cara digiling, sebelum melakukan proses ekstraksi yang
pertama dilakukan adalah menggerus secara halussampel kacang. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah minyak yang ada di dalam kacang tersebut terekstrak oleh
pelarut yang digunakan, yaitu etil asetat. Hal ini juga berhubungan dengan
ukuran partikel yang semakin kecil sehingga memperluas bidang sentuh supaya
lebih mudah terekstrak. Proses ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat yang
mempunyai titik didih kurang dari titik didih air, maka penangas yang digunakan
adalah penangas air karena suhu yang dibutuhkan dalam proses ekstraksi di bawah
titik didih air. Lalu biarkan hingga pelarutnya yaitu etil asetat menguap dan
mengembun dengan membawa ekstraksi minyak dari bahan yang diekstrak yaitu
kacang ke dalam labu dasar bulat . seharusnya proses ekstraksi dilakukan hingga
15 siklus, hal ini dilakukan agar memastikan bahwa kandungan minyak yang berada
di dalam sampel kacang telah terekstrak seluruhnya. Namun karena keterbatasan
waktu praktikum maka proses ekstraksi hanya dilakukan hingga siklus ke tujuh.
Hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kadar minyak dalam
sampel rendah karena minyak dalam sampel belum terekstrak dengan sempurna.
Seteleah sirkulasi proses ekstraksi selesai, dilakukan
distilasi atau pemisahan pelarut dengan minyak hasil ekstraksi. Proses
destilasi dilakukan dengan menggunakan alat rotavapor. Rotavapor atau rotary
evaporator adalah suatu alat yang menggunakan prinsip vakum destilasi. Pelarut
etil asetat dan minyak dapat dipisahkan karena prinsip utama alat ini terletak
pada penurunan tekanan, sehingga etil asetat dapat menguap dibawah titik
didihnya dan hal ini membuat zat yang terkandung di dalam pelarut tidak rusak
oleh suhu yang tinggi. Penguapan yang terjadi saat proses destilasi dapat
terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas
bulat dibantu dengan penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan
akan naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung. Proses penguapan
dilakukan hingga diperoleh ekstrak kental yang ditandai dengan terbentuknya
gelembung-gelembung udara yang pecah-pecah pada permukaan ekstrak atau jika
sudah tidak ada lagi pelarut yang menetes pada labu alas bulat penampung.
Ketika proses destilasi sudah selesai dan saat ingin melepaskan labu alas
bulat, kami mengalami kesulitan. Jika labu alas bulat sulit untuk dilepaskan
maka kemungkinannmasih tersisa tekanan pada kondensor dan sebaiknya kran
pengatur dibuka dengan cepat. Dan hal penting yang harus diperhatikan adalah
suhu yang digunakan dalam waterbath.
Suhu yang digunakan harus sesuai dengan pelarut yang digunakan.
Prinsip kerja angka penyabunan adalah sejumlah tertentu
sampel minyak/ lemak direaksikan dengan basa alkali berlebih yang telah
diketahui konsentrasinya menghasilkan griserol dan sabun. Sisa dari NaOH
dititrasi dengan menggunakan HCl yang telah diketahui konsentrasinya juga
sehingga dapat diketahui berapa banyak NaOH yang bereaksi yang setara dengan
asam lemak dan asam lemak bebas dalam sampel. Pada saat melakukan percobaan
untuk menguji angka penyabunan sampel minyak
direaksikandengan NaOH dalam alkohol berlebih, seharusnya ditambahkan
KOH, namun karena keterbatasan alat sehingga digantikan fungsinya dengan
menggunakan NaOH. Pada saat melakukan percobaan untuk menentukan angka
penyabunan, asam lemak dan asam lemak bebas dari minyak (sampel) dengan
menggunkan NaOH dalam Alkohol dapat membentuk sabun,
Reaksinya:
Angka penyabunan tersebut adalah banyaknya mg NaOH yang
diperlukan untuk menyabunkan secara sempurnya 1g Lemak atau minyak. Pada saat
percobaan angaka penyabunan juga digunakan titrasi blanko ( titrasi tanpa
menggunakan sampel) yang berfungsi untuk mengetahui jumlah titer yang bereaksi
dengan preaksi. Sehingga dalam perhitungan tidak terjadi kesalahan yang
disebabkan oleh preaksi. Angka Asam, Prinsip pada saat melakukan percobaan
angka asam adalah sejumlah tertentu sampel yang mengandung lemak atau minyak
dilarutkan dalam alkohol kemudian direfulks selama 1 jam, sampel yang telah
larut tersebut dititrasi dengan menggunakan basa alkali yang konsentrasinya
telah diketahui untuk dihitung angka asamnya.
Fungsi penambahan alkohol adalah untuk melarutkan lemak
atau minyak dalam sampel agara dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena
alkohol yang digunakan adalah untuk melarutkan minyak, sehingga alkohol
(etanol) yang digunakan konsentrasinya berada di kisaran 95-96%, karena etanol
95 % merupakan pelarut lemak yang baik. Fungsi pemanasan (refluks) saat
percobaan adalah agar reaksi antara alkohol dan minyak tersebut bereaksi dengan
cepat, sehingga pada saat titrasi diharapkan alkohol (etanol) larut seutuhnya.
Sama seperti percobaan angka penyabunan seharusnya basa alkali yang digunakan
adalah KOH, namun karena keterbatasan zat, maka preaksi yang digunakan
digantikan fungsinya dengan NaOH.
Asam lemak bebas
yang terdapat dalam lemak atau minyak dapat dinetralkan dengan menggunakan
basa. Sehingga angka asam adalah mg basa alkali
yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1
g lemak atau minyak.
PERHITUNGAN :
BILANGAN PENYABUNAN = ((b-a)ml x N HCl x BE KOH) : mg sampel
= ((26,25-25.50)ml x 0,5 meq/ml x56 mg/meq) : 2017,1mg
= 0,0104 mg/mg
=10,4 mg/g
KESIMPULAN :
1. Penyabunan
adalah hidrolisis lemak dengan alkali yang menyebabkan putusnya ikatan eseter dan menghasilkan gliserol dan
garam alkali lemaknya.
2. Minyak bersifat
nonpolar sehingga akan dapat dilarutkan oleh pelarut-pelarut nonpolar, seperti
pelarut organik (kloroform).
3. Prinsip
terbentukya emulsi oleh sabun yaitu adanya bagian polar dari sabun yang
mengikat air, dan bagian dari sabun yang mengikat minyak.
4. Gliserol mudah
bereaksi dengan KHSO4 dengan mengeluarkan bau yang khas dan terjadi pada suhu
tinggi yang disebut dengan akrolein.
5. Larutan sabun
pekat dan encer jika dihidrolisis akan membentuk asam lemah yang terurai
menjadi ion Na+ dan OH-.
6. bilangan penyabunan pada sampel minyak adalah 10,4 mg/g
DAFTAR PUSTAKA :
1. Keenan. 1991.
Kimia Untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga.
2. Linggih,
S. 1986.
Ringkasan Kimia. Bandung: Genexa Excat.
3. Nizam,
M. 2012. Minyak Definisi Dan Penyabunan.
4. http://nizamora.blogspot.com/2012/10/minyakdefinisi-dan-penyabunan.html
5. Panagan
, A. T. Heni, Y & jujor U. G. 2011. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 dari Minyak Ikan Patin (Pangasius pangasius)
dengan Metoda Kromatograi Gas. Jurnal Penelitian Sains Volume14Nomer4(C) 14409.
6. Riawan. 1990.
Kimia Organik. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
7. Yulianto,
P. 2011. Kelarutan Dan Reaksi Penyabunan Pada Lemak/Minyak.
8. http://petrusyulianto.blogspot.com/2011/09/kelarutan-dan-reaksi-penyabunan-pada.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar